1. Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti
secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai
satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan
paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai
dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah
:
a. Membuat siswa pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak
didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah
:
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
2. Metode diskusi ( Discussion method
)
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode
mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem
solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group
discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut
:
a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah,
2000)
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut
:
a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000)
3. Metode demontrasi ( Demonstration
method )
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok
bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu
proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).
Manfaat psikologis pedagogis dari metode
demonstrasi adalah :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri
siswa (Daradjat, 1985)
Kelebihan metode demonstrasi sebagai
berikut :
a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja
suatu benda.
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
c. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui
pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful
Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan
dipertunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa
yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
4. Metode ceramah plus
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu
metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis
akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab
dan pemberian tugas.
Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi oleh guru.
2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada siswa.
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya,
yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi,
dan akhirnya memberi tugas.
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi
pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)
5. Metode resitasi ( Recitation
method )
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan
membuat resume dengan kalimat sendiri (http://re-searchengines.com/art05-65.html).
Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat
diingat lebih lama.
b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil
inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
a. Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil
pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000)
6. Metode percobaan ( Experimental
method )
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik
perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.
Syaiful Bahri Djamarah, (2000)
Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan
dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :
a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru
atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi
(menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa
terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :
a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan
mengadakan ekperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti
untuk melanjutkan pelajaran.
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di
mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya
serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan
ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan
sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan
mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir
yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori
sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus
mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus
cukup bagi tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan
bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi
alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam
eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan
, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian
kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen adalah
sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab
mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga
kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek
eksperimen itu. (e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah
mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia.
Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu
tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan
kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan
dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang
alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal
yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu
dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan
siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan
jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan
hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes
atau tanya jawab.
Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran,
di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang
dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan
demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang
dialaminya itu.
Metode eksperimen mempunyai
kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
Kelebihan metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran
atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk membuat
terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat
bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat
dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
Kekurangan metode eksperimen :
(a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. (b) metode
ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah
diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan
dan ketabahan. (d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang
diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar
jangkauan kemampuan atau pengendalian.
Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode
eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode
eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan
berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun
sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat
diaplikasikan dalam kehidupannya.
Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan
mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih
ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang
dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan
mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara
atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga
perilaku yang inovatif dan kreatif.
Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar
konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara
aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan
menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama
pembelajaran.
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi
tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan
melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena
alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi
fisika yang akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru
melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa
tersebut. (3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara
berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan
kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja
kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan,
selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa
merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya.
Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi,
merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk
memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu
mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya.
Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan,
memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan .
Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak
dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang
pada prinsip metode ilmiah.
7. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu
oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama
dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian
dibukukan.
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan
lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan
kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan
utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak
didik di lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan
keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah,
untuk meninjautempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85)
, karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam
pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya
wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu
tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki
sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada,
dan sebagainya.
Menurut Roestiyah (2001:85) ,teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki
tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut
menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin
dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam
pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar,
meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil
kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa
mata pelajaran.
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu
memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Persiapan, dimana guru
perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan
teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan
segala sesuatunya, penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas,
mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan,
(b) Pelaksanaan karya wisata, dimana pemimpin rombongan mengatur segalanya
dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan
bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas
kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu, (c)
Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal
hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang
diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik,
gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya.
Karena itulah teknik karya wisata dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai
berikut: (a) Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan
oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati
langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah,
sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan
mereka, (b) Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu
maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan
memperluas pengalaman mereka, (c) dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya
jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala
persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran
teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek, (d) Dengan obyek yang
ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman
yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada keterbatasan yang perlu
diperhatikan atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan
berdaya guna, ialah sebagai berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar
sekolah, sehingga mungkin jarak tempat itu sangat jauh di luar sekolah, maka
perlu mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti memerlukan biaya yang
besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang daripada jam sekolah,
maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana pelajaran yang lain. Biaya
yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari
sekolah. Bila tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan,
kemampuan pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan adanya
aturan yang berlaku khusus di proyek ataupun hal-hal yang berbahaya.
Suhardjono (2004:85) mengungkapkan bahwa metode karya wisata (field-trip)
memiliki keuntungan: (a) Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara
langsung, (b) Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam
kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya, (c) Memberikan kesempatan untuk
lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil, (d) membei
kesempatan kepada peserta untuk melihat dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan
teknologi mutakhir.
Sedangkan kekurangan metode Field Trip menurut Suhardjono (2004:85) adalah: (a)
Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan, (b)
Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang
akan dikunjungi, (c) Biaya transportasi dan akomodasi mahal.
Menurut Djamarah (2002:105), pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke
luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu
bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya
dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang
merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat
atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu
seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang dipergunakan pada metode karya
wisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada
yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu
panjang.
Metode karya wisata mempunyai beberapa kelebihan yaitu: (a) Karya wisata
memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam
pengajaran, (b) Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan
kenyataan dan kebutuhan di masyarakat, (c) Pengajaran serupa ini dapat lebih
merangsang kreativitas siswa, (d) Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas
dan aktual.
Kekurangan metode karya wisata adalah: (a) Fasilitas yang diperlukan dan biaya
yang diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah, (b) Sangat
memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang, (c) memerlukan koordinasi
dengan guru-guru bidang studi lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan
kegiatan selama karya wisata, (d) dalam karya wisata sering unsure rekreasi
menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsure studinya menjadi
terabaikan, (e) Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan
mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.
Metode field trip atau karya wisata menurut Mulyasa (2005:112) merupakan suatu
perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh
pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral
dari kurikulum sekolah. Meskipun karya wisata memiliki banyak hal yang bersifat
non akademis, tujuan umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan
dengan pengembangan wawasan pengalaman tentang dunia luar.
Sebelum karya wisata digunakan dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-hal
yang perlu diperhatikan menurut Mulyasa (2005:112) adalah: (a) Menentukan
sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar, (b) Mengamati
kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah, (c) Menganalisis
sumber belajar berdasarkan nilai-nilai paedagogis, (d) Menghubungkan sumber
belajar dengan kurikulum, apakah sumber-sumber belajar dalam karyawisata
menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum, jika ya, karya wisata dapat
dilaksanakan, (e) membuat dan mengembangkan program karya wisata secara logis,
dan sistematis, (f) Melaksanakan karya wisata sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, efek
pembelajaran, serta iklim yang kondusif. (g) Menganalisis apakah tujuan karya wisata
telah tercapai atau tidak, apakah terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau
kunjungan, memberikan surat ucapan terima kasih kepada mereka yang telah
membantu, membuat laporan karyawisata dan catatan untuk bahan karya wisata yang
akan datang.
8. Metode latihan keterampilan (
Drill method )
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak
ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu,
bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya.
Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf,
membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian,
penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak
dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal
yang monoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.
9. Metode mengajar beregu ( Team
teaching method )
Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih
dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang
pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik
membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji
harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.
10. Metode mengajar sesama teman (
Peer teaching method )
Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh
temannya sendiri
11. Metode pemecahan masalah (
Problem solving method )
Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal,
lalu diminta pemecahannya.
12. Metode perancangan ( projeck
method )
yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang
akan diteliti sebagai obyek kajian.
Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :
a. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan
menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan.
b. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis
dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :
a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun
horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar
dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan
untuk ini.
c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup
fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit
yang dibahas.
13. Metode Bagian ( Teileren method )
yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat
per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan
dengan masalahnya.
14. Metode Global (Ganze method )
yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi,
kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari
materi tersebut.
15. Metode Discovery
Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah
yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode
discovery ini: (a) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa
aktif, (b) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang
diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan
siswa, (c) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang
betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain,
(d) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu
metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode
penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan
probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan
bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di
dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan.
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu
prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek
dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi
metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses,
mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of
Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi
bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan
menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai
tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery
adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan
siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa
diberitahukan atau diceramahkan saja.
Suryosubroto (2002:193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah
proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip.
Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat
dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan menurut Suryosubroto (2002:197)
yang mengutip pendapat Gilstrap (1975) adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat
siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna
dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi pendahuluan atas
dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian
dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas
sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam
belajar dengan penemuan, (d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu
menjelaskan peranan penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung
masalah yang minta dipecahkan, (f) Mengecek pengertian siswa tentang maslah
yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan, (g) Menambah berbagai
alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan, (h) memberi kesempatan
kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap
siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan
bahan-bahan pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur
data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (j)
Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun
sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan cepat dan
tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam
kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan
dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses, (m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan
penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan
penyelidikan, (n) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya
merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang
terkumpul, (o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat
yang sederhana, (p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan
tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik
kesimpulan yang benar, (q) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya
dengan alas an dan fakta, (r) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses
penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru
tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil
dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis atau merumuskan
prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari
masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan, (t) Mengecek
apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau
teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan
pendekatannya.
Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh
Suryosubroto (2002:199) adalah : (a) identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi
pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang
akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas, (d)
Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing
siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f)
Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas
siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (h)
Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin
analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi
proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa, (k)
memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, (l) Membantu
siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.
Metode discovery memiliki kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh
Suryosubroto (2002:200) yaitu: (a) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau
memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa,
andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari
proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar
bagaimana belajar itu, (b) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat
pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh,
dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer, (c) Strategi
penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah
penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, (d) metode
ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuannya sendiri, (e) metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara
belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk
belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus, (f) Metode discovery
dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada
diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup
mengatasi kondisi yang mengecewakan, (g) Strategi ini berpusat pada anak,
misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame
dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya, (h)
Membantu perkembangan siswa menuju skeptisssisme yang sehat untuk menemukan
kebenaran akhir dan mutlak.
Kelemahan metode discovery Suryosubroto (2002:2001) adalah: (a) Dipersyaratkan
keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang
lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan
dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara
pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil
penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli
penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain, (b) Metode ini
kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat
hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan
bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. (c) Harapan yang ditumpahkan
pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudahy biasa dengan
perencanaan dan pengajaran secara tradisional, (d) Mengajar dengan penemuan
mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan
kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan
ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan
emosional sosial secara keseluruhan, (e) dalam beberapa ilmu, fasilitas yang
dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada, (f) Strategi ini mungkin
tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau
pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh
guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan
masalah menjamin penemuan yang penuh arti.
Metode Discovery menurut Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari
suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek
pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal
sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang
dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam
aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan
pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan
peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk
kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.
Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode discovery menurut
Rohani(2004:39) yaitu: (a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik,
(b) Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik
mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan
masalah dan menguji hipotesis, (d) Menarik kesimpulan dari jawaban atau
generalisasi, (e) Aplikasi kesimpulan atau generalisasidalam situasi baru.
Metode Discovery menurut Roestiyah (2001:20) adalah metode mengajar
mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses mental dimana
siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut
misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan
menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya
membimbing dan memberikan instruksi.
Pada metode discovery, situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher
dominated learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan
pembelajaran menggunakan metode discovery, maka cara mengajar melibatkan siswa
dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar,
membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan metode discovery ini guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga metode discovery menurut
Roestiyah (2001:20) memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Teknik ini mampu
membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta panguasaan
ketrampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa, (b) Siswa memperoleh
pengetahuan yang bersifat sangat pribadi / individual sehingga dapat kokoh atau
mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut, (c) Dapat meningkatkan
kegairahan belajar para siswa.
Metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) merupakan metode yang lebih
menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih
mengutamakan proses daripada hasil belajar.
Cara mengajar dengan metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) menempuh
langkah-langkah sebagai berikut: (a) Adanya masalah yang akan dipecahkan, (b)
Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik, (c) Konsep atau
prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu
dikemukakan dan ditulis secara jelas, (d) harus tersedia alat dan bahan yang
diperlukan, (e) Sususnan kelas diatur sedemian rupa sehingga memudahkan
terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar,
(f) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan
data, (g) Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta
informasi yang diperlukan peserta didik.
14. Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk
menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta
didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234).
Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap
memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru
berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala
guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar,
dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar
melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan
materi pembelajaran yang bervariasi.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu
inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam
kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman
belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian ,
melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan
kritis.
Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap
sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan
yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti.
Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru
(Mulyasa, 2005:235).
Strategi pelaksanaan inquiry adalah: (1) Guru memberikan penjelasan, instruksi
atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan. (2) Memberikan tugas
kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan
pada proses pembelajaran yang dialami siswa. (3) Guru memberikan penjelasan
terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik. (4)
Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya. (5)
Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).
Metode inquiry menurut Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara
yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas
meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan
masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian
mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah
hasil kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang
tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan
terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan
sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila
masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.
Guru menggunakan teknik bila mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas,
dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber
sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga
mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka
diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry
mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan
masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisa data, menarik kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan
sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya
dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua
kegiatan di atas berarti siswa sedang melakukan inquiry.
Teknik inquiry ini memiliki keunggulan yaitu : (a) Dapat membentuk dan
mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang
konsep dasar ide-ide dengan lebih baik. (b) Membantu dalam menggunakan ingatan
dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. (c) mendorong siswa untuk
berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan
terbuka. (d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya
sendiri. (e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. (f) Situasi pembelajaran
lebih menggairahkan. (g) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. (h)
Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. (i) Menghindarkan diri dari cara
belajar tradisional. (j) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya
sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Metode inquiry menurut Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses
discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inqury mengandung
proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan
problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisa data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.
Kesimpulannya, tidak ada satupun metode pengajaran dan penyampain materi ke
anak didik yang sempurna. Buktinya, tiap-tiap metode memiliki celah dan
kelemahan di sana-sini. Jadi, semuanya tergantung tenaga pendidik dalam
mengoptimalisasikan kelebihan yang tersedia serta meminimalisir berbagai kelemahan
yang ada pada tiap-tiap metode. Saya yakin, dengan adanya keserasian antara
metode yang diterapkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga pendidik jauh
lebih ampuh dalam mencapai hasil optimal dalam proses belajar mengajar
ketimbang "sibuk" menerapakan tradisi pengajaran lama yang kurang
berbobot dan terkadang begitu monoton!!
Model Pembelajaran yang Menyenangkan
“Banyak model yang dapat diterapkan dalam mempelajari fisika, diantaranya
dengan praktek, media TI, fenomena alam, gambar/charta dan lain-lain yang dapat
digunakan untuk meningkatkan prestasi siswa”
Apa yang menyebabkan sulitnya belajar fisika? Siapa yang kesulitan? Kapan
menghadapai kesulitan itu? Dimana letak kesulitan? Bagaimana mengatasi
kesulitan tersebut?
Pada tahun ini pelajaran fisika akan masuk kedalam mata ujian yang di UN-kan
oleh depdiknas. Mata pelajaran yang paling tidak disukai oleh sebagian besar
siswa ini harus menghadapi tantangan besar untuk diketahui tingkat pencapaian
yang dimiliki oleh siswa. Dari hasil wawancara dengan berbagai siswa di setiap
tingkat sekolah, akan didapatkan bahwa kesulitan siswa terletak pada banyaknya
rumus yang harus dihafal. Tetapi ada juga yang sulit dalam pemahaman materi dan
soal, sehingga jika soal diubah dalam bentuk lain maka siswa tidak akan mampu
mengerjakannya. Untuk itu guru harus menggunakan berbagai media yang ada
sehingga siswa dapat memahami fisika dengan baik.
Oleh karena itu jauh-jauh hari sebelum siswa kita menghadapi “perang”, kita
harus mempersiapkan pembelajaran yang baik untuk siswa di sekolah
masing-masing. Ada pepatah dari seorang ahli “jika saya ingin menggunakan
pedang dalam perang maka 80 �aya
mengasah pedang dan 20 �enggunakannya”.
Dari sini jelas bahwa kesiapan siswa dalam ujian dipengaruhi oleh persiapan
yang matang sebelum kita melaksanakan ujian nasional, khususnya persiapan dalam
pembelajarannya.
Cara yang dikembangkan oleh pendidik yang dalam hal ini adalah guru mungkin
dapat digunakan dalam pembelajaran fisika yang baik dan menarik minat siswa
adalah sebagai berikut.
1. Dengan menghubungkan fenomena alam
Cara ini dikembangkan dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan
peristiwa yang terjadi sehari-hari. Sebagai contoh dalam menerangkan energi
gelombang kepada siswa kita dapat menjelaskan bahwa bangunan yang terkena
tsunami dapat roboh. Dalam menerangkan perpindahan kalor dapat dijelaskan
dengan air yang tetap panas jika dimasukkan dalam termos. Dalam menerangkan
angin darat dan angin laut dengan melihat kapan nelayan mulai melaut dan kapan
kembali ke pantai.
Contoh-contoh diatas adalah sebagian kecil dari fenomena alam yang ada di
sekitar lingkungan siswa yang berhubungan dengan materi fisika, dan masih
banyak lagi fenomena alam lain. Karena fisika adalah ilmu yang berasal dari
fenomena alam di sekitar kita, sehingga siswa dapat memikirkannya secara nyata
dan tidak abstrak serta hanya tertuju pada rumusan saja. Jadi dapat memadukan
antara fenomena dengan konsep fisika secara tepat.
2. Dengan menggunakan gambar
Cara dapat dikembangkan dengan cara mencari gambar yang ada di berbagai media
dan lingkungan sekitar. Sebagai contoh dalam menerangkan gaya gesekan kita
dapat mencari gambar macam-macam ban dari pirelli, michellin, bridgestone
sampai swallow, GT radial, IRC dan lain-lain di internet, gambar yang didapatkan
di internet atau berbagai media ditampilkan ke siswa, sehingga kita dapat
menjelaskan kepada siswa tentang lukisan/guratan yang ada pada ban, teruma
guratan yang ban racing dengan yang biasa. Atau menanyakan kepada siswa tentang
perbedaan penggunaan ban di balapan F1 pada cuaca panas dengan hujan .
Selain itu dalam menjelaskan prinsip Bernoulli pada fluida bergerak, kita dapat
mencari gambar macam-macam mobil di internet seperti ferrari. BMW, Mercedes
sampai toyota, daihatsu, suzuki, honda dan lain-lain. Gambar ditampilkan
kesiswa dan menjelaskan mobil mana yang larinya lebih cepat dan mobil mana yang
harganya lebih mahal.
Cara ini dikembangkan oleh Bpk. Masno Ginting ketua HFI (Himpunan Fisika
Indonesia) yang sengaja mengambil gambar yang ada di sekitar beliau dan
ditampilkan kepada siswa, serta disertai pertanyaan-pertanyaan yang membuat
siswa berfikir tentang gambar yang ditampilkan dan menggabungkannya dengan
materi yang ada. Jadi dengan gambar tersebut diharapakan siswa mengetahui
secara detail pemanfaatan teori fisika yang banyak diterapkan untuk kemajuan
teknologi.
3. Dengan memakai software
Pada jaman sekarang ini fasilitas teknologi informasi semakin pesat sehingga
penggunaan berbagai instrumen TI tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran
fisika, software atau model pembelajaran yang dikembangkan dengan program
animasi interaktif yang divisualkan kepada siswa maka siswa dapat memahami
konsep yang dipelajari secara nyata.
Model pembelajaran yang dikembangkan dengan program flash dapat dicari dan di
download dari berbagai situs di internet. Seperti e-dukasi.net, duniaguru.com,
dan berbagai ikon untuk pdf. Di situs tersebut akan mempermudah guru dalam
penyampaian materi pelajaran kepada siswa sehingga siswa dapat mengamati proses
fisika secara faktual, karena selama ini siswa menganggap konsep fisika adalah
khayal, dan ini yang membuat siswa sangat sulit menerima materi.
Penggunaan software yang juga menggunakan program flash adalah software pesona
fisika. Software ini telah digunakan oleh banyak sekolah baik di luar maupun
dalam negeri sendiri. Program ini juga menampilkan materi fisika yang ada untuk
dihubungkan dengan animasi yang visual, audiovisual dan psikomotor. Terlibatnya
AVP dalam pembelajaran akan membuat siswa tidak jenuh, malas, dan hal negatif
lain. Sifat negatif ini akan berubah menjadi hal ang positif sehingga minat
siswa untuk belajar semakin meningkat.
Tetapi walaupun penggunaan sofware ini bisa “berjalan sendiri” peran guru
sebagai motivator dan stabilisator di kelas harus dijalankan dengan baik. Yaitu
dengan cara memberikan penjelasan materi atau pokok bahasan yang tidak dapat
diterima secara langsung oleh siswa.
4. Dengan percobaan
Model pembelajaran dengan percobaan dapat dikembangkan dengan alat-alat yang
tersedia di laboratorium sekolah. Sekolah yang besar akan mempunyai fasilitas
laboratorium yang lengkap sedangkan sekolah yang kecil maka fasilitas alat lab
akan sedikit. Jadi cara ini akan sukses di sekolah besar dan akan menjadi basi
jika di sekolah kecil.
Kalau kita terpaku pada alat lab yang sebenarnya maka pembelajaran yang
berbasis praktek tidak pernah akan terlaksana. Kita dapat menyusun dan
merancang alat-alat praktikum sendiri. Dengan cara mencari benda benda di
sekitar kita yang masih berhubungan dengan materi fisika secara luas. Kemudian
alat yang dibuat ditampilkan kepada siswa dan dianalisi proses fisika apa yang
terjadi.
Seperti yang dikembangkan oleh Bpk. Chandra dari SMA N 10 Malang, yang berhasil
membuat alat-alat peraga fisika dari bahan-bahan bekas yang didapat dari
penjual barang bekas dan dirangkai menjadi suatu alat peraga fisika sederhana
yang tentunya materi fisika terutama konsep fisika masuk dalam alat peraga
tersebut.
Tentunya model pembelajaran diatas hanya sebagian kecil dari cara belajar yang
mebuat siswa untuk menyenangi pembelajaran fisika . Selain itu kalau kita tidak
mencoba model tersebut maka kita akan merasa kalah dengan siswa yang semakin
hari membutuhkan refresing materi sehingga mampu menangkap apa yang disampaikan
oleh semua guru mata pelajaran.
________________________________________
Student Centered Learning
Your Ad Here
Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru
(teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner
centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam
membangun pengetahuan, sikap dan perilaku.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran dengan menggunakan
sepasang perspektif, yaitu fokus pada individu pembelajar (keturunan, pengalaman,
perspektif, latar belakang, bakat, minat, kapasitas, dan kebutuhan) dengan
fokus pada pembelajaran (pengetahuan yang paling baik tentang pembelajaran dan
bagaimana hal itu timbul serta tentang praktek pengajaran yang paling efektif
dalam meningkatkan tingkat motivasi, pembelajaran, dan prestasi bagi semua
pembelajar. Fokus ganda ini selanjutnya memberikan informasi dan dorongan
pengambilan keputusan pendidikan.
Melalui proses pembelajaran dengan keterlibatan aktif siswa ini berarti guru
tidak mengambil hak anak untuk belajar dalam arti yang sesungguhnya.
Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa memperoleh
kesempatan dan fasilitasi untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga
mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning), dan pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa.
Tantangan bagi guru sebagai pendamping pembelajaran siswa, untuk dapat
menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa perlu memahami tentang konsep,
pola pikir, filosofi, komitmen metode, dan strategi pembelajaran. Untuk
menunjang kompetensi guru dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa maka
diperlukan peningkatan pengetahuan, pemahaman, keahlian, dan ketrampilan guru
sebagai fasilitator dalam pembelajaran berpusat pada siswa.
Peran guru dalam pembelajar berpusat pada siswa bergeser dari semula menjadi
pengajar (teacher) menjadi fasilitator. Fasilitator adalah orang yang
memberikan fasilitasi. Dalam hal ini adalah memfasilitasi proses pembelajaran
siswa. Guru menjadi mitra pembelajaran yang berfungsi sebagai pendamping (guide
on the side) bagi siswa.
Bekal bagi para guru untuk dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator salah
satunya adalah memahami prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa. Ada lima
faktor yang penting diperhatikan dalam prinsip psikologis pembelajaran berpusat
pada siswa, yaitu:
1. Faktor Kognitif yang menggambarkan bagaimana siswa berpikir dan mengingat,
serta penggambaran faktor-faktor yang terlibat dalam proses pembentukan makna
informasi dan pengalaman;
2. Faktor Afektif yang menggambarakan bagaimana keyakinan, emosi, dan motivasi
mempengaruhi cara seseorang menerima situasi pembelajaran, seberapa banyak
orang belajar, dan usaha yang mereka lakukan untuk mengikuti pembelajaran.
Kondisi emosi seseorang, keyakinannya tentang kompetensi pribadinya, harapannya
terhadap kesuksesan, minat pribadi, dan tujuan belajar, semua itu mempengaruhi
bagaimana motivasi siswa untuk belajar;
3. Faktor Perkembangan yang menggambarkan bahwa kondisi fisik, intelektual,
emosional, dan sosial dipengaruhi oleh factor genetik yang unik dan faktor
lingkungan;
4. Faktor Sosial yang menggambarkan bagaimana orang lain berperan dalam proses
pembelajaran dan cara-cara orang belajar dalam kelompok. Prinsip ini
mencerminkan bahwa dalam interaksi sosial, orang akan saling belajar dan dapat
saling menolong melalui saling berbagi perspektif individual;
5. Faktor Perbedaan yang menggambarkan bagaimana latar belakang individu yang
unik dan kapasitas masing-masing berpengaruh dalam pembelajaran. Prinsip ini
membantu menjelaskan mengapa individu mempelajari sesuatu yang berbeda, waktu
yang berbeda, dan dengan cara-cara yang berbeda pula.
PRINSIP PEMBELAJARAN (GAGNE, THE CONDITION OF LEARNING)
Perlunya menimbulkan minat dan perhatian siswa dengan mengemukakan sesuatu yang
baru, aneh kontradiksi atau kompleks. Diharapkan siswa memiliki kepekaan indera
untuk merespon dengan cepat stimulus yang diberikan. Ketika menarik perhatian
siswa, pembimbing atau guru dapat memberikan gerakan isyarat atau merubah mimik
muka dan suara tiba-tiba.
Contoh :
Mengenalkan hutan dengan cara mengajak siswa TKA seolah-olah kemping. Dengan
mendekorasi ruangan kelas seperti hutan (tanaman dengan pot yang ditutup kain
atau kertas, batu batuan, bunga, ranting dll). Hari sebelumnya, Guru meminta
siswa membawa peralatan dan perlengkapan berkemah seperti makanan, pakaian,
sepatu, tas ransel, senter, dll. Ketika kegiatan ini dilaksanakan biarkan siswa
memperlihatkan kemampuan menolong dirinya sendiri serta bersosialisasi dengan
temannya. Kenalkan hutan melalui temuan-temuan siswa/yang dilihat siswa di
hutan (ruangan yang sudah disiapkan) dan cocokkan dengan buku tentang hutan
yang dibawa guru. Ajak siswa mendengarkan bunyi-bunyian yang berkaitan,
misalnya rekaman air dan suara binatang. Lampu dapat dimatikan seolah-olah
malam hari di hutan. Untuk siswa TKB, dapat diajak langsung melihat hutan
(misalnya ke hutan di Cibubur), memasang tenda sungguhan dan berkemah (sekitar
1 jam). Ajak pula siswa menonton film dokumenter tentang hutan.
JMenyampaikan
tujuan pembelajaran (informing learners of the objective)
Perlunya mengatakan pada siswa apa yang akan diperoleh atau dikuasai setelah
mengikuti pelajaran, sehingga siswa dapat mengetahui kemampuan yang dikuasai
setelah mengikuti pelajaran. Menyampaikan tujuan pembelajaran bisa menjadi
motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Contoh :
Kegiatan diawali dengan tanya jawab, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa, dilanjutkan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Sebelum kegiatan berkemah, guru mengadakan tanya jawab dengan siswa. Seperti
mengatakan “Siapa yang pernah ke hutan?” “Seperti apa ya hutan itu?” “Apa saja
isinya?” “Siapa yang mau ke hutan?” “Nanti teman-teman akan melihat hutan, juga
mengetahui isi hutan!”
JMengingatkan
konsep/prinsip yang telah dipelajari (Stimulating recall of prior learning)
Merangsang timbulnya ingatan tentang pengetahuan/keterampilan yang telah
dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru..
Contoh :
Di pertemuan berikutnya, untuk mengingat kembali pengetahuan tentang hutan,
ajak siswa TKA mengklasifikasikan kepingan gambar yang disediakan.
Menklasifikasikan gambar yang berkaitan dengan hutan dengan yang bukan hutan.
Untuk siswa TKB kegiatan dapat berupa mengklasifikasikan kepingan gambar
misalnya ke dalam kelompok binatang, tanaman, bunga. Atau dapat berupa
klasifikasi benda hidup dan benda mati.
JMenyampaikan
materi pembelajaran (Presenting the stimulus)
Penyampaian materi pembelajaran dengan menggunakan contoh, penekanan baik
secara verbal maupun “features” tertentu.
Contoh :
Guru menyampaikan materi “hutan” dengan bercerita menggunakan wayang hutan
(dibuat sendiri, berupa gambar-gambar seperti : pohon, binatang, jamur, batu,
matahari, air dll yang diberi tongkat). Guru juga mengajak siswa ikut memainkan
wayang yang disediakan.
JMemberikan
bimbingan belajaran (Providing “Learning Guidance”)
Bimbingan diberikan melalui persyaratan-persyaratan yang membimbing proses/alur
berpikir siswa, agar memiliki pemahaman yang lebih baik. Berikan contoh-contoh,
gambar-gambar sehingga siswa siswa dapat lebih memahami materi yang
disampaikan.
Contoh :
Kegiatan berupa membuat peta pikiran di atas sebuah kertas besar atau papan
tulis dengan spidol warna warni. Guru menuliskan kata “hutan” di tengah papan.
Ajukan pertanyaan misalnya “Kalau mendengar kata hutan, apa yang terlintas di
pikiranmu?” Biarkan siswa menjawab dan tuliskan /gambarkan jawaban siswa. Tidak
ada jawaban salah. Arahkan siswa ke pada tema kali ini. Misalnya ketika siswa
menjawab “Harimau.” Guru dapat balik bertanya “Kenapa harimau?” siswa menjawab
“Kan adanya di hutan.” dan seterusnya. Atau siswa lain mengatakan pendapatnya
tentang hutan, siswa tersebut mengatakan “Takut” Guru dapat menayakan “Kenapa
takut?” Misalnya siswa menjawab “Gelap” Guru dapat menanyakan “Kenapa gelap?
Misalnya siswa menjawab “banyak pohon.” dan seterusnya. Dalam kegiatan ini,
dapat juga menggunakan potongan-potongan gambar dari koran atau majalah atau
clip-art dan lain-lain.
JMemperoleh
unjuk kerja siswa (eliciting performance)
Siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau untuk
menunjukkan penguasaannya terhadap materi.
Contoh :
Di pertemuan berikutnya, untuk siswa TKA kegiatan berupa membuat gambar hutan,
dan guru dapat memancing siswa bercerita tentang hutan melalui gambar yang
siswa buat. Untuk siswa TKB kegiatan dapat berupa membuat maket hutan. Siswa
TKB dapat membuat “hutan” nya sendiri atau berkelompok dengan bahan-bahan yang
disediakan (karton, kertas warna, gunting, lem, dll) dan guru dapat memancing
siswa bercerita tentang hutan malalui maket yang siswa buat.
JMemberikan
balikan (Providing feedback)
Siswa diberi tahu sejauh mana ketepatan unjuk kerjanya (performance)
Contoh :
Berkaitan dengan poin sebelumnya yaitu memperoleh unjuk kerja siswa, guru dapat
memberikan balikan atas hasil karya yang siswa buat. Misalnya, ketika siswa
menunjukkan maket hutan buatannya, guru dapat mengajukan pujian atau mengajukan
beberapa pertanyaan yang memancing siswa menceritakan hasil karyanya. Misalnya
ketika siswa membuat gajah berkaki dua guru dapat bertanya “Ini apa?”
“Menurutmu kaki gajah ada berapa?” jika siswa mengalami kesulitan, ajak siswa
melihat buku, gambar atau foto gajah hingga siswa memahami.
JMenilai
hasil belajar (Assessing performance)
Memberikan tes atau tugas untuk menilai sejauh mana siswa menguasai tujuan
pembelajaran
Contoh :
Minta siswa memilih sebuah kartu kata atau gambar berkaitan dengan hutan
(siapkan kata atau gambar yang berbeda sejumlah siswa). Misalnya gambar pohon,
batu, jamur dll. Ajak siswa bercerita di depan kelas sekitar 1-2 menit mengenai
kata atau gambar tersebut. Guru dapat merekam cerita siswa tersebut dan
memutarnya kembali setelah siswa selesai bercerita. Ajak siswa mendengarkan
suaranya sendiri. Kegiatan ini juga mengajak siswa lainnya belajar menghargai
temannya yang sedang bercerita.
JMemperkuat
retensi dan transfer belajar (Enhancing retention and transfer)
Merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan
rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah terjadi.
Diharapkan nantinya siswa dapat mentransfer atau menggunakan pengetahuan,
keahlian dan strategi ketika menghadapi masalah dan situasi baru.
Contoh :
Ajak siswa membaca/melihat gambar/mendengar guru membacakan koran anak (misalnya
dalam lembar anak Koran Kompas edisi Minggu, Desember 2007 tentang pemanasan
global). Ajak siswa kembali mengingat tema hutan dengan mengajak siswa menanam
biji dari buah yang biasa mereka makan dan jadikan ini proyek berkelanjutan
(menanam dan merawat pohon yang nantinya tumbuh).
Sumber : - Gagne, Robert M. The Conditions of Learning and Theory of
Instruction. Fourt Edition. Holt-Saunders International Edition.