Selasa, 11 Juni 2013

Kenalilah kehidupan..Darimana penderitaan itu datang ?



Dari pengharapan kita
yang tidak realistis akan natural
dari hidup.

jika tuhan mau begitu rubahlah
semua seperti yang kumau..
karna kuingin semua berjalan
seperti yang kumau.

Tidak ada pesta yang tak usai,
tidak ada pertemuan tanpa
perpisahan, tidak ada kelahiran
tanpa kematian.
Mereka yang menyadari hal ini,
Selayaknya mencari
bahwa kesalahan bukan pada
hidup ini, tapi pada pengharapan
kita yang tidak realistis atas
hidup ini.

Perasaan, pikiran, penyerapan
dan kesadaran, sebagai aktivitas
mentalpun tidaklah berubah. Ia
menjadi obyek dari berbagai
faktor.

Manusia adalah mahluk
multidimensi.

Seorang yang tidak
memiliki pacar ada kalanya
merasa malu atau rendah diri jika
dibandingkan dengan mereka
yang memiliki pacar. Namun
benarkah kebahagiaan akan
diraih apabila seseorang telah
memiliki pacar? Tidak juga.

Dengan bertambahnya kesukaan
di dalam hidup, bertambah pula
ketakutan yang mengikutinya.
Ia yang memiliki kekasih akan
ketakutan apabila kehilangan
kekasihnya.

Ia meluangkan
waktunya hanya untuk
memastikan kekasihnya tidak
hilang disamber orang.
Setelah berpacaran sekian lama,
mereka ingin menikah.

Apakah dengan menikah
kebahagiaan itu langsung
dirasakan? Jika benar, mengapa
banyak keluarga yang
berantakan? Sebagian memilih
berpisah, sebagian lagi menjalani
kehidupan keluarga yang penuh
dengan kejemuan, kebohongan,
rutinitas dan semata-mata karena
kewajiban belaka.

Kewajiban
pada istri / suami, kewajiban
pada anak-anak.
Setelah menikah, baru mereka
menyesal dan memimpikan
kebebasan para bujangan.

Siapa bilang dengan memiliki
uang yang melimpah akan
menjamin kebahagiaan?

Seorang istri lelaki yang kaya
melewati hari-hari sepinya
dengan ketakutan. Mereka takut
suami mereka selingkuh. Semakin
kaya seorang lelaki semakin
berpotensi untuk menciderai
perkawinannya.

Apa yang dipakai sebagai ukuran
bahagia, menyenangkan,
menyukakan, ternyata tidaklah
real. Ia ada, memang ada, namun
ditopang oleh berbagai kondisi.

Mereka yang menyadari hal ini,
yaitu bahwa segala sesuatu
bersifat tidak kekal, tidak
menjamin kepuasan mutlak, dan
tiada hakekat inti, dengan
sendirinya terlepas dari ilusi
untuk terus mempertahankan
status quo (keadaan Sebagaimana Adanya).
 Ia bebas lepas menghadapi, menjalani dan
merayakan kehidupan ini apa
adanya..


SALAM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar