Julius Caesar, sang Raja Roma, pernah menyerang ke Mesir.
Namun, ternyata Mesir memiliki tentara yang amat kuat.
Saking kuatnya, dia beserta pasukannya terjepit. Dalam
keadaan terjepit itulah Caesar memiliki ide untuk menghindari tentara musuh,
yaitu dengan cara membakar perpustakaan besar Mesir yang bernama Bibliotheca
Alexandria. Ternyata Caesar berhasil meloloskan diri dari kepungan tentara
Mesir. Rupanya dia tahu betul bahwa orang-orang Mesir sangat menghargai
perpustakaannya. Dari cerita di atas, tersirat bahwa perpustakaan yang berisi
buku dan arsip yang pada waktu itu tercatat sejumlah 700.000 gulungan papirus
merupakan sesuatu yang sangat berharga.
Bahkan harganya jauh lebih tinggi dari seorang Raja Roma
sehingga mereka rela meloloskan musuhnya demi untuk menyelamatkan perpustakaan
yang terbakar. Perpustakaan adalah gerbang kebudayaan yang luas,begitulah
Greenhalgh dan Worpole mendefinisikan perpustakaan.Tampaknya Mesir saat itu
sadar melalui perpustakaan kebudayaan yang luas sedang dibentuk.Perpustakaan
menyediakan pengetahuan yang mereka peroleh lalu diwariskan ke generasi
berikutnya dan digunakan sebagai jembatan perantara dalam meningkatkan peradaban.
Bila buku ibarat jendela ilmu pengetahuan,maka perpustakaan adalah gudangnya
ilmu pengetahuan.
Karena perpustakaan menyimpan buku-buku dan beragam jenis
informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh para pengunjungnya.Perpustakaan
juga secara tidak langsung menjadi pasar bagi para transaksional ilmu
pengetahuan, tempat bertemunya para pembeli ilmu pengetahuan dan beragam
informasi yang harganya tidak dapat diukur dengan materi. Perpustakaan
merupakan bagian investasi pendidikan jangka panjang yang amat berharga dalam
menuju sebuah peradaban yang maju. Buku dan perpustakaan adalah dua sejoli yang
dirindukan dan dibutuhkan oleh siapa pun.
Namun terkadang, tidak jarang di antara kita mengabaikannya.
Faktanya ialah banyak daerah di Indonesia membutuhkan buku-buku yang bermutu
dan belum tersentuh perpustakaan, tetapi di sisi lain perpustakaan yang sudah
ada minim sekali pengunjung. Perpustakaan juga belum menjadi bagian dari gaya
hidup generasi muda Indonesia.Pergi ke perpustakaan bukan pilihan yang menarik
bagi para generasi muda yang menganggap nongkrong di mal lebih menarik.Banyak
yang pergi ke perpustakaan hanya ketika sudah kepepet mencari bahan untuk
tugas.
Bahkan kadangkala ada yang menilai pergi ke perpustakaan itu
hanya untuk anak-anak kutu buku. Untuk menghadapi kondisi itu tentu harus ada
inovasi agar generasi muda Indonesia tertarik datang ke perpustakaan.Misalnya
salah satu yang bisa menjadi daya tarik adalah menjadikan perpustakaan memiliki
fasilitas internet yang terhubung dengan data koleksinya. Menurut World Bank,
di antara indikasi Pembangunan Dunia ialah meningkatnya pengguna internet.
Indonesia perlu bangga karena berdasar data teranyar
Internet World Stats, Indonesia menjadi negara penyuplai pengguna internet
terbesar kelima di Asia setelah China,India,dan Jepang.Dalam hal ini peluang
besarnya jumlah pengguna internet di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk menarik
pengunjung menjelajah perpustakaan yang sudah ada. Hal ini tentu harus didukung
bersama antara pemerintah dan masyarakat luas, terlebih lagi generasi muda
penerus bangsa.
Dengan tersedianya akses internet atau hot spot areayang
baik oleh pemerintah, tentu akan menarik masyarakat mengunjungi
perpustakaan,bahkan betah berlama-lama di perpustakaan,dari perpustakaan inilah
generasi yang cerdas lahir dan akan membawa negeri ini ke arah yang lebih
baik.●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar