Senin, 17 Juni 2013

Perpustakaan sebagai Gerbang Kebudayaan



Julius Caesar, sang Raja Roma, pernah menyerang ke Mesir. Namun, ternyata Mesir memiliki tentara yang amat kuat.
Saking kuatnya, dia beserta pasukannya terjepit. Dalam keadaan terjepit itulah Caesar memiliki ide untuk menghindari tentara musuh, yaitu dengan cara membakar perpustakaan besar Mesir yang bernama Bibliotheca Alexandria. Ternyata Caesar berhasil meloloskan diri dari kepungan tentara Mesir. Rupanya dia tahu betul bahwa orang-orang Mesir sangat menghargai perpustakaannya. Dari cerita di atas, tersirat bahwa perpustakaan yang berisi buku dan arsip yang pada waktu itu tercatat sejumlah 700.000 gulungan papirus merupakan sesuatu yang sangat berharga.
Bahkan harganya jauh lebih tinggi dari seorang Raja Roma sehingga mereka rela meloloskan musuhnya demi untuk menyelamatkan perpustakaan yang terbakar. Perpustakaan adalah gerbang kebudayaan yang luas,begitulah Greenhalgh dan Worpole mendefinisikan perpustakaan.Tampaknya Mesir saat itu sadar melalui perpustakaan kebudayaan yang luas sedang dibentuk.Perpustakaan menyediakan pengetahuan yang mereka peroleh lalu diwariskan ke generasi berikutnya dan digunakan sebagai jembatan perantara dalam meningkatkan peradaban. Bila buku ibarat jendela ilmu pengetahuan,maka perpustakaan adalah gudangnya ilmu pengetahuan.
Karena perpustakaan menyimpan buku-buku dan beragam jenis informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh para pengunjungnya.Perpustakaan juga secara tidak langsung menjadi pasar bagi para transaksional ilmu pengetahuan, tempat bertemunya para pembeli ilmu pengetahuan dan beragam informasi yang harganya tidak dapat diukur dengan materi. Perpustakaan merupakan bagian investasi pendidikan jangka panjang yang amat berharga dalam menuju sebuah peradaban yang maju. Buku dan perpustakaan adalah dua sejoli yang dirindukan dan dibutuhkan oleh siapa pun.
Namun terkadang, tidak jarang di antara kita mengabaikannya. Faktanya ialah banyak daerah di Indonesia membutuhkan buku-buku yang bermutu dan belum tersentuh perpustakaan, tetapi di sisi lain perpustakaan yang sudah ada minim sekali pengunjung. Perpustakaan juga belum menjadi bagian dari gaya hidup generasi muda Indonesia.Pergi ke perpustakaan bukan pilihan yang menarik bagi para generasi muda yang menganggap nongkrong di mal lebih menarik.Banyak yang pergi ke perpustakaan hanya ketika sudah kepepet mencari bahan untuk tugas.
Bahkan kadangkala ada yang menilai pergi ke perpustakaan itu hanya untuk anak-anak kutu buku. Untuk menghadapi kondisi itu tentu harus ada inovasi agar generasi muda Indonesia tertarik datang ke perpustakaan.Misalnya salah satu yang bisa menjadi daya tarik adalah menjadikan perpustakaan memiliki fasilitas internet yang terhubung dengan data koleksinya. Menurut World Bank, di antara indikasi Pembangunan Dunia ialah meningkatnya pengguna internet.
Indonesia perlu bangga karena berdasar data teranyar Internet World Stats, Indonesia menjadi negara penyuplai pengguna internet terbesar kelima di Asia setelah China,India,dan Jepang.Dalam hal ini peluang besarnya jumlah pengguna internet di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk menarik pengunjung menjelajah perpustakaan yang sudah ada. Hal ini tentu harus didukung bersama antara pemerintah dan masyarakat luas, terlebih lagi generasi muda penerus bangsa.
Dengan tersedianya akses internet atau hot spot areayang baik oleh pemerintah, tentu akan menarik masyarakat mengunjungi perpustakaan,bahkan betah berlama-lama di perpustakaan,dari perpustakaan inilah generasi yang cerdas lahir dan akan membawa negeri ini ke arah yang lebih baik.●



Tidak ada komentar:

Posting Komentar